Sepatu Nike

Tarif Impor Trump Bakal Hantam Penjualan Sepatu Nike

KOMPAS.com–Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menaikkan tarif impor dari sejumlah negara berisiko menekan harga sepatu di pasar domestik, termasuk produk Nike yang banyak diproduksi di Asia. Nike menghadapi pukulan langsung dari kebijakan ini. Hampir semua produk sepatu Nike diproduksi di Asia, termasuk Vietnam, Indonesia, dan China—wilayah yang menjadi sasaran utama kebijakan tarif Trump. Saham Nike anjlok 14 persen hanya sehari setelah pengumuman tarif baru, karena kekhawatiran pasar terhadap dampak kebijakan ini terhadap rantai pasokan perusahaan. Tarif baru dari AS terhadap produk sepatu dari Asia berkisar antara 32 persen hingga 54 persen. Bagi Nike, yang memproduksi sekitar setengah dari sepatunya di Vietnam, tarif ini bisa berdampak besar.

Analis UBS Jay Sole memperkirakan, harga barang dari Vietnam akan naik sekitar 10 hingga 12 persen. “Dengan cakupan tarif yang begitu luas, industri kemungkinan besar tidak punya pilihan lain selain menaikkan harga,” kata Jay Sole dilansir BBC. Hal serupa diungkapkan David Swartz, analis ekuitas senior di Morningstar. Menurut dia, kenaikan harga mungkin tak terhindarkan, tapi harus dihitung cermat agar tidak memukul permintaan. “Industri ini sangat kompetitif. Menurut saya, sulit bagi Nike menaikkan harga lebih dari 10–15 persen. Kenaikan itu pun belum tentu menutup dampak dari tarif,” ujarnya. Nike menghadapi dilema. Di satu sisi, tarif baru menaikkan biaya impor. Di sisi lain, Nike harus menjaga daya beli konsumen, khususnya di AS yang menjadi pasar utama. Dari total penjualan global sebesar 51 miliar dollar AS (sekitar Rp 816 triliun), pasar Amerika Utara menyumbang 21,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 344 triliun).

Margin laba Nike saat ini sekitar 11 persen, setelah dipotong berbagai biaya operasional dan administrasi. Tambahan tarif bisa mempersempit margin ini dan memaksa perusahaan melakukan efisiensi. Menurut Rahul Cee, pendiri situs ulasan sepatu Sole Review yang pernah bekerja di Nike dan Vans, Nike bisa menekan biaya produksi dengan menurunkan kualitas teknologi pada sepatunya. “Alih-alih menggunakan busa midsole dan konstruksi berkinerja tinggi, mereka bisa memakai EVA (etilena-vinil asetat) yang dicetak injeksi,” katanya. Nike juga bisa memperpanjang siklus desain dari yang biasanya dirilis tiap satu atau dua tahun, menjadi tiga hingga empat tahun. Namun, semua opsi tersebut punya risiko terhadap citra merek dan minat konsumen.

Sumber: Kompas

Translate »
Open chat
Hello 👋
Can we help you?